Ajaran Sunan Drajat

Beberapa waktu yang lalu, kami berkunjung ke kompleks pemakaman Sunan Drajat. Salah satu bagian yang kami datangi adalah Museum Sunan Drajat, disitu terdapat peninggalan-peninggalan semasa beliau berdakwah dan jaman-jaman sesudah beliau. Kesan yang tersirat adalah seperti para Wali Songo lainnya adalah media dakwah yang juga menggunakan peralatan-peralatan tradisional. Demikian juga dengan ajaran beliau yang terkesan sederhana namun mempunyai nilai filosofis yang tinggi, yang mana pada intinya mengedepankan tentang kepedulian manusia terhadap sesamanya.

DSCN1863
MENEHONO TEKEN MARANG WONG KANG WUTO
(berilah tongkat kepada orang yang buta)
MENEHONO MANGAN MARANG WONG KANG LUWE
(berilah makanan kepada orang yang lapar)
MENEHONO BUSONO MARANG WONG KANG WUDO
(berilah pakaian kepada orang yang tdk punya pakaian)
MENEHONO NGIUP MARANG WONG KANG KUDANAN
(berilah tempat berteduh kepada orang yang kehujanan)

MENARA KUDUS, WUJUD SEBUAH AKULTURASI BUDAYA

menara kudus

Masjid Menara Kudus yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 Masehi atau tahun 956 H dengan menggunakan batu Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di desa Kauman, kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah. Masjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Berdirinya Masjid ini tidak lepas dari metode dakwah Sunan Kudus yang sangat toleran sehingga ada perpaduan antara budaya Islam dengan Hindu yang pada saat itu masih menjadi agama mayoritas masyarakat .
Menara yang menjadi ciri khasnya memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang.
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan perpaduan corak Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.
Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.

sumber penulisan : wikipedia

Ibnu Zuhr dan Al-Zahrawi : perintis ilmu kedokteran dari dunia Islam

Dalam sejarah Islam dikenal beberapa intelektual muslim yang terkenal sebagai perintis dalam bidang kedokteran, sebut saja Ibnu Sina atau Avicena dan Al Razi atau Razhes. Selain itu masih ada dua nama yang merupakan pioner dibidang ini. Mereka adalah Abu Marwan Abdul Malik Ibu Zuhr atau Avenzoar dan Abu Al-Kaseem Khalaf Al-Zahrawi atau Abulcasis.

Abu Marwan Abdul Malik Ibnu Zuhr

Ibnu Zuhr dilahirkan di Sevilla Spanyol tahun 1091 M. Setelah menamatkan pendidikannya di Cordoba, ia bertempat tinggal di Baghdad Irak dan Kairo Mesir. Namun pada akhirnya ia lebih memilih Spanyol sebagai tempat pengabdiannya di bidang kedokteran. Pada jaman dinasti Al Murabatun atau Almoravides ia diangkat menjadi dokter istana. Dan pada waktu pemerintahan Abd Al Mukmin dari dinasti Muwahid ia diangkat menjadi menteri.

Ibnu Zuhr banyak melakukan terobosan dalam bidangnya seperti melakukan uji coba terlebih dari obat yang ia temukan kepada binatang sebelum digunakan kepada manusia. Ia juga membahas secara detail terhadap penyakit gatal-gatal sehingga dikenal sebagai Bapak Parasitologi.

Penemuannya yang fenomenal adalah terhadap pasien yang tidak bisa makan secara normal, Ibnu Zuhr menemukan cara dengan menyalurkan makanan langsung melalui gullet dimana seorang pasien bisa menyalukan melalui  tenggorokan. Penelitiannya yang membahas terapeutik dan diet ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul At-Taisir fi Al-Mudawat wa Al-Tadbir. Karyanya ini selalu menjadi acuan dalam ilmu kedokteran. Ada beberapa salinan manuskrip dari buku ini, salah satunya ditemukan di Bibliotheque Nationable de Paris. Salinan ini diselesaikan di Barcelona tahun 1165 M dan juga ditemukan di Bodleian Library of Oxford namun tidak diketahui tahunnya. Sedangkan yang ditemukan di Biblioteca Medicea-Laurenziana, Floren Italia dan di Al-Maktabe Al-Abdaliya Tunisia hilang.

 Buku karya Ibnu Zuhr berikutnya berjudul Al-Iqtisad fi Islah Al-Anfus wa Al-Ajsad, yang membahas hubungan jiwa dan tubuh, yang mana pertama kali ilmu psikologi dimasukkan dalam ilmu kedokteran. Disamping itu dalam buku ini juga dibahas mengenai berga penyakit, terapeutik dan higienitas. Buku tersebut ditulis dalam bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami orang yang awan dalam imu kedokteran.

Karya Ibnu Zuhr yang terakhir berjudul Al-Aghziya membahas mengenai obat-obatan dan pentingnya makanan sehat dan mempunyai kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh.

Berbagai penelitiannya tidak hanya dilakukan dalam laboratorium melainkan juga langsung melihat kasus dalam praktek kehidupan sehari-hari. Ibnu Zuhr meninggal di Sevilla tahun 1161 M.

Abu Al-Kaseem Khalaf Al-Zahrawi

Al-Zahrawi (324-403 H / 936-1013 M) dibarat disebut Abulcasis lahir di Zahra, yang terletak di sekitar Cordoba Spanyol. Di kalangan bangsa Moor Andalusia, dia dikenal dengan nama “El Zahrawi”. Ia adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah yang merupakan perintis ilmu kedokteran spesialis ilmu bedah. Karyanya yang berjudul Al-Tasrif mengupas tetang ilmu bedah. Buku terebut terdiri dari 30 jiid disertai 200 ilustrasi. Al-Zahrawi membagi pembedahan menjadi tiga kategori yaitu : membakar, memotong, dan memolester. Alat-alat untuk pembedahan juga dibahas. Penemuannya yang lain yaitu operasi terhadap amandel dan menghasilkan alat menarik bayi dari rahim ibunya bila terjadi ganjalan dalam proses melahirkan. Ia pun dikenal ahli dalam bidang obat bius, diet dan pembuatan gigi palsu serta penemu berbagai jenis kosmetika sperti deodoran. Hand lotion dan juga pewarna rambut.

Keahliannya dalam ilmu bedah telah merambah Negara-negara eropa antara lain Prancis dimana seperti disebutkan dalam History of litetature in France bahwa pada abad XII telah tejadi kemajuan dalam ilmu bedah yang dibawa dokter-dokter yang datang ke Prancis berbekal ilmu dari Al-Zahrawi seorang dokter dari Andalusia. Namanya diakui praktisi kedokteran Eropa. Dokter Klodis seorang ahli bedah abad XV memperoleh banyak referensi dalam buku-bukunya dari Al-Zahrawi. Demikian pula Frari seorang dokter asal Italia yang merujuk karya Al-Zahrawi tentang makanan dan racun.

Al-Zahrawi meninggal tahun 1013 M di Cordoba. Namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan yaitu “Calle Abulcasis”. Sedangkan rumahnya dijadikan cagar budaya oleh pemerintah Spanyol.

Madzhab Al-Awza’i : Madzhab dalam Islam yang hilang

Dalam Islam dikenal empat madzhab yaitu Maliki, Hambali, Hanafi, dan Syafi’i. Namun sebenarnya dalam sejarah perkembangan Islam ada satu lagi Madzhab yaitu Awza’i. Madzhab ini didirikan seorang ulama bernama Abu Amr Abdurrahman bin al Awza’i atau lebih dikenal dengan Imam Awza’i. Beliau lahir di Ba’labakka tahun 88 H atau 707 M dan meninggal di Beirut tahun 157 H atau 773 M.  Imam Awza’i dikenal kritis terhadap pemerintahan khalifah pada jamannya, tak jarang ia memberi peringatan bila bertentangan dengan hukum-hukum Islam. Dalam bidang hadits dan Fiqh ia dikenal mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam. Khusus dalam bidang fiqh ia mempunyai paham dan ajaran sendiri yang kemudian disebut dengan Madzhab Al-Awza’i. Madzhab terebut berkembang luas di Siria abad 2-4 H, dan juga merambah ke wilayah Andalusia Spanyol. Di Spanyol ia dikenal dengan sebutan “Aawzey” atau “Awzu”. Dua kitab yang menjadi karya besarnya adalah As-sunan (fiqh) dan Al-Masail.

Nama Imam Awza’i bisa disejajarkan dengan ulama-ulama pendiri empat madzhab lainnya. Namun pada perkembangannya Madzhab Al-Awza’i hilang seiring berkembangnya Madzhab Syafi’i di Siria dan Madzhab Maliki di Andalusia. Selain karena terdesak perkembangan madzhab-madzhab lain, Madzhab Al-Awza’i juga tidak mempunyai pengikut sehingga jarang dijadikan dasar-dasar pelaksanaan hukum-hukum fiqh, meskipun pendapat-pendapat Imam Awza’i masih sering dibahas dalam masalah khilafiyah.

Beberapa pendapat Imam Awza’i dalam bidang fiqh antara lain berwudlu memakai nabiz  (air nira, kurma dan anggur) dianggap sah. Air yang yang bercampur najis tetap dianggap suci selama tidak berubah warna, rasa dan baunya. Air sisa anjing dan babi boleh dipakai minum dan berwudlu demikian pula sisa makanannya halal dimakan. Seseorang yang dengan sengaja menggauli istrinya siang hari di bulan Ramadhan cukup membayar kafarat saja tanpa harus meng-qodlo’ sebaliknya bila dilakukan karena lupa cukup meng-qodlo’ tanpa harus membayar kafarat. Seseorang yang berkata dusta dan menggujingkan orang lain waktu siang hari maka puasanya dianggap batal.

Menurut Al Haifiz Az-Zhabi dalam kitabnya Duwadul Islam, dalam 70.000 fatwa Imam Awza’i dalam bidang keagamaan adalah jawaban atas permasalahan umat yang ditujukan padanya.

Columbus penemu benua Amerika (?)

Sejarah yang selama ini kita kenal adalah bahwa benua Amerika ditemukan Christoper Columbus tanggal 12 Oktober 1492 yang berlayar dari Spanyol dan mendarat di kepulauan Bahama. Columbus menyangka daerah yang tempat mendarat adalah India dan kemudian ia menyebut penduduk sekitar dengan sebutan Indian. Adakah pendatang-pendatang ke  benua ini sebelum Columbus ?

Pelayaran-pelayaran kaum muslimin

Cheng Ho

70 tahun sebelum Columbus datang ke benua Amerika ternyata Laksamana Cheng Ho (Zeng He) seorang pelaut dan penyebar Islam dari Dinasti Ming, telah datang lebih dulu. Hal ini diungkapkan Gavin Menzies, seorang ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris pada sebuah seminar di London yang diadakan oleh Royal Geographical Society. Menzies mengungkapkan bahwa pelayaran Cheng Ho mencapai benua Amerika antara tahun 1421 dan 1423 dengan terlebih dahulu berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan Amerika Selatan. Menzies menyimpulkan hal tersebut setelah menganalisis  peta pelayaran astronomi Cheng Ho menggunakan Program Software Starry Night.

Laksamana Cheng Ho bukanlah pendatang pertama ke benua Amerika. Banyak literatur yang menyebutkan kaum muslimin telah datang ke benua Amerika sejak 5 abad sebelum Columbus. Pendapat yang popular dikemukakan Dr.Youssef Mrouch yang berjudul Pre-Columbian Muslims in America (1996). Ia mengemukakan “Sejumlah fakta menunjukkan bahwa muslim dari Spanyol dan Afrika barat tiba di Amerika sekurang-kurangnya lima abad sebelum Columbus. Pada pertengahan abad ke 10 pada waktu pemerintahan Khalifah Umayyah yaitu Abdurrahman III (929-961 ), kaum muslimin yang berasal dari Afrika berlayar ke barat dari pelabuhan Delbra (Palos) di Spanyol, menembus ‘Samudra yang gelap dan berkabut’. Setelah menghilang beberapa lama, mereka kembali dengan sejumlah harta dari negeri yang ‘tak dikenal dan aneh’. Ada kaum muslimin yang bermukim di negeri baru itu dan mereka inilah kaum imigran muslim gelombang pertama di Amerika”

Pelayaran-pelayaran kaum muslimin yang  tercatat sebelum Columbus lainnya dilakukan pada jaman Sultan Abu Yacoub Sidi Youssef(1286-1307) penguasa keenam dinasti Marinid. Pelayaran jaman tersebut dipimpin Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al Mazandari. Kapalnya berangkat dari Tarfay di Maroko dan mendarat di pulau Green kepulauan Karibia tahun 1291. Menurut Dr.Youssef Mrouch catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi ilmuwan Islam.

Pelayaran menuju benua Amerika juga dilakukan kesultanan Mali yang dilakukan oleh Sultan Bakari I (1285-1312 M). Pelayaran Sultan Bakari I melintasi Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississipi antara tahun 1309-1312. Dua abad kemudian pelayaran Sultan Bakari I diabadikan dalam bentuk peta yang di buat tahun 1513 dan dipersembahkan kepada raja Ottoman, Sultan Selim I (1517 ). Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian, Amerika selatan bahkan benua Antartika dengan penggambaran pantai Brazil secara akurat.

Pelayaran Columbus

Columbus

Bagaimanakah dengan pelayaran Columbus? Ternyata dalam mengarungi samudra Atlantik sepanjang 2400 km dari Spanyol ke benua Amerika, Columbus berpedoman peta-peta yang digunakan pedagang-pedagang muslim dan buku yang berjudul Akhbar az-Zaman karya Abul Hassan  Al Mashudi. Al Mashudi adalah ahli geografi dan intelektual muslim yang hidup antara tahun 871 sampai dengan 971. Sedangkan buku Akhbar az-Zaman berisi sejarah  perdagangan ke Asia dan Afrika. Dalam tulisannya, Columbus menceritakan bahwa pada hari Senin tanggal 21 Oktober 1492 disaat berlayar dekat Gibara bagian tenggara pantai Kuba, ia menyaksikan masjid di atas puncak bukit yang indah. Reruntuhan beberapa masjid dan menaranya serta tulisan ayat Al Qur’an bisa dijumpai di tempat  seperti  Kuba, Mexico, Texas dan Nevada (Thacher,John Boyd; Christopher Columbus, New York 1950)

peta dunia al mashudi

Dan ternyata dalam pelayaran tersebut Columbus dibantu dua nahkoda muslim yang bernama Martin Alonso Pinzon yang menahkodai kapal Pinta dan Vicente Yanez Pizon yang menahkodai kapal Nina. Keduanya mempunyai ikatan keluarga dengan Abuzayan Muhammad III(1362-1366) seorang sultan Maroko dari dinasti Marinid.

Martin Alonso Pinzon

Jejak-jejak peninggalan Islam di benua Amerika

Dr.Barry Fell dari Harvard University mengungkapkan bahwa fakta-fakta ilmiah telah menunjukkan bahwa berabad-abad sebelum Columbus, telah bermukim umat muslim dari Afrika utara dan barat. Ia mendapatkan adanya sekolah-sekolah Islam di Valley of fire, Allan Springs, Logomarsino, Keyhole, Canyon, Washoe, Hickison Summit Pass (Nevada), Mesa Verde (Colorado), Mimbres Valey (New Mexico), dan Tipper Canoe (Indiana) antara tahun 700-800 (Fell, Barry : Saga America, New York, 1980 dan GYR, DONALD : Exploring Rock Art, Santa Barbara, 1989).

Nama-nama wilayah di benua Amerika banyak sekali menggunakan akar kata yang berasal dari bahasa arab. Di bagian tengah Amerika dari selatan hingga Illionis terdapat nama kota seperti Albany, Andalusia, Attalla, Lebanon, dan Tullahoma. Di Negara bagian Washington ada nama kota Salem. Di Karibia ada Jamaika dan Kuba (berasal dari kata Quba) serta Grenadam, Barbados, Bahama, dan Nassau. Di Amerika Selatan terdapat nama-nama kota seperti Cordoba, Alcantara, dan Bahia.

Menurut Dr. Youssef Mrouch terdapat sekitar 565 (484 di Amerika Serikat dan 41 di Kanada) nama tempat di Amerika Utara baik nama Negara bagian, sungai, kota, danau, desa dan gunung yang diambil dari nama Islam ataupun dari akar kata bahasa arab. Bahkan menurutnya beberapa nama wilayah berasal dari nama kota-kota negara Islam seperti Mecca di Indiana, Medina di Ohio, Medina di Tennessee, Medina dan Arva di Ontario Kanada, Medina di Texas, Medina di New York, Medina dan Hazen di North Dakota, Mahomet di Illionis, dan Mona di Utah. Menurut Dr A.Zahoor negara bagian Alabama berasal dari kata Allah-bamya, juga Arkansas berasala dari kata Arkan-Sah dan juga Tennese dari kata Tanasuh. Ini adalah bukti-bukti Islam telah eksis di Benua Amerika sebelum Columbus datang.

Pendaratan Columbus

Di kepulauan Bahama tempat Columbus mendarat, terdapat pulau yang bernama Guanahani. Nama tersebut bersala dari bahasa Mandika yang merupakan turunan dari bahasa arab. Guana berasal dari kata Ikhwana yang berarti saudara. Nama Guana sendiri sampai sekarang masih banyak dijumpai di benua Amerika. Guanahani berarti tempat keluarga Hani bersaudara. Columbus kemudian menduduki pulau tersebut dan mengganti namanya dengan sebutan San Salvador.

Hasan Al Banna, tokoh pergerakan Islam pendukung kemerdekaan Indonesia

Hasan Al Banna dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1906 di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir. Ia adalah tokoh pergerakan Islam di Mesir Pada usia 12 tahun, Hasan al-Banna telah menghafal al-Qur’an. Pada usia 13 tahun ia telah ikut dalam demonstrasi terhadap pergolakan politik di Mesir dan juga dominasi Inggris di wilayah Mahmudiyah. Keprihatinan   besar terhadap carut marutnya kehidupan politik, ekonomi, sosial  Mesir pasca lepasnya mesir dari Turki memuncukan ide mendirikan sebuah organisasi yang bisa menjadi wadah bagi orang-orang yang peduli terhadap masalah tesebut.

Ikhwanul Muslimin

Setelah jatuhnya Khilafah Islamiyah Turki Utsmaniyah tanggal 3 Maret 1924, kondisi Negara Timur Tengah memprihatinkan dimana telah marak  terjadi westernisasi, serta imperialisme yang dilakukan negara-negara barat terhadap negara-negara Islam. Timbullah penentangan dari tokoh-tokoh Islam diberbagai antara lain Jamaludin Al Afgani, Muhammad Rasyid Ridha (India) Maulana Al-Maududi (Pakistan), Said Nursi (Turki), Hasan Al Banna (Mesir) dan di beberapa Negara muslim lainnya.

Kiprah Hasan Al Banna adalah mendirikan organisasi pergerakan Islam yang bernama Ikhwanul Muslimin pada Bulan Zulqa’dah 1347 H atau tanggal 20 Maret 1928 di kota ismailiyah. Ikhwanul Muslimin bertujuan mengamalkan Islam secara murni dan konsekwen. Pertama kali yang dilakukan Hasan Al Banna bersama Ikhwanul Muslimin nya adalah mengadakan dakwah ke berbagai kawasan di Mesir. Disusul dengan mendirikan masjid-masjid, lembaga pendidikan dan industri kecil. Ikhwanul Muslimin berkembang pesat di seluruh Mesir. Pada Muktamar ketiga ditetapkan dasar ideologi Ikhwanul Muslimin yaitu : (1) Islam sebuah sistem yang total, lengkap dan harus dijadikan dasar dalam segala aspek kehidupan muslim (2) Ajaran Islam harus didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits (3) Ajaran Islam bisa dilaksanakan setiap tempat dan waktu.

 Selanjutnya gerakan Islam ini juga telah merambah ke berbagai negara antara lain tahun 1937 berdiri cabang di Syria dan Lebanon, tahun 1946 bediri cabang di Palestina, Jordania, dan Sudan.

Ikhwanul Muslimin juga berpandangan bahwa politik adalah bagian yang menyatu dalam ajaran Islam, sehingga otomatis Ikhwanul Muslimin sendiri juga berpolitik praktis atau menjadi partai politik. Menjelang Perang Dunia II, organisasi ini sudah punya posisi kuat di parlemen Mesir.

Keterlibatan Ikhwanul Muslimin dalam politik di Mesir itu pula yang menyebabkan wafatnya Hasan Al Banna. Meninggalnya Hasan Al Banna bermula ketika antara 1948 dan 1949, tidak lama setelah Ikhwanul Muslimin mengirim relawan untuk membantu perjuangan rakyat Palestina melawan Israel dan saat itu popularitas Ikhwanul Muslimin semakin meningkat di mata rakyat Mesir. Namun terdengar desas-desus akan  merencanakan kudeta, konflik antara Ikhwanul Muslimin dan pemerintah meningkat di bulan Desember 1948. Aktifis Ikhwanul Muslimin banyak yang ditangkap dan dimasukkan ke penjara. Beberapa waktu  kemudian, Perdana Menteri Mahmoud dibunuh oleh seorang anggota Ikhwanul Muslimin yang bernama Abdul Majid Hasan Ahmad.

Setelah pembunuhan itu, Al-Banna segera mengeluarkan pernyataan mengutuk pembunuhan itu, yang menyatakan teror bukanlah cara yang bisa diterima dalam Islam. Hal ini pada gilirannya mendorong pembunuhan Al-Banna. Pada tanggal 12 Februari 1949 di Kairo,  Hasan Al-Banna bersama saudara iparnya yang bernama Abdul Karim Mansur pergi ke kantor pusat Jamiyyah al-Shubban al-Muslimin di Kairo untuk bernegosiasi dengan Menteri Zaki Ali Basha yang mewakili pihak pemerintah. Namun Menteri Zaki Ali Basha tidak datang. Akhirnya Hasan Al Banna dan saudaranya iparnya memutuskan untuk meninggalkan kantor tersebut. Ketika menunggu yang akan mengantar mereka pulang, datang dua orang yang melepaskan tembakan ke arah Hasan Al Banna. pembunuhan itu terjadi ketika Al-Banna dan saudaranya sedang menunggu taksi. Setelah dibawa ke rumah sakit, ia malah tidak mendapatkan perawatan, akhirnya Hasan Al Banna meninggal pada tanggal 12 Februari 1949 di Kairo.

 Anti Imperialisme dan pendukung kemerdekaan Indonesia

Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Musliminnya aktif dalam menentang imperialisme Inggris di Mesir. Selama Perang Dunia II, ia sempat ditangkap oleh pemerintah pro Inggris, yang melihatnya sebagai perbuatan subversif. Meski demikian Hasan Al Banna sangat menghindari cara kekerasan dalam perjuangannya. Hasan Al Banna mendukung kemerdekaan negara-negara Islam yang terjajah. Hal itu dibuktikannya kepada Indonesia di saat memproklamirkan kemerdekannya. Al Banna adalah salah satu anggota Panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia di Mesir yang didirikan tanggal 16 Oktober 1945. Dengan kemampuan diplomasi yang dimilikinya, Mesir menjadi negara timur tengah pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia tanggal 22 maret 1946. Selain itu juga diadakan unjuk rasa mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Ketika mendengar kabar terjadinya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya, para aktifis Ikhwanul Muslimin mengadakan sholat Ghaib mendoakan arwah pahlawan yang gugur di medan pertempuran. Demikian pula ketika Belanda mengadakan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947, ribuan aktifis Ikhwanul Muslimin menggelar demo besar-besaran menentang aksi militer tersebut dan menyerang kapal-kapal Belanda di pelabuhan Port Said Terusan Suez.  Atas jasa Hasan Al Banna pemerintah presiden Soekarno mengirim utusan ke Mesir untuk menyampaikan rasa terima kasih atas nama rakyat Indonesia kepada Hasan Al Banna dan Ikhwanul Muslimin.

Kedatangan Islam ke Nusantara

Ada beberapa teori mengenai kedatangan Islam ke Nusantara, dalam hal ini akan sedikit dibahas mengenai dari mana penyebar pertama kali Islam di Nusantara. Sedikitnya ada tiga teori yang membahas hal tersebut.

Teori India

Sarjana Belanda yang pertama kali menyatakan teori ini adalah Pijnappel. Dia menyatakan bahwa orang-orang Arab yang datang dan menetap di Gujarat, Malabar bermazhab Syafi’i. Mereka inilah yang kemudian membawa Islam ke Nusantara. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck Hurgronje, seorang peneliti Islam dari Belanda, yang berpendapat bahwa Agama Islam yang datang di Indonesia berasal dari beberapa tempat di India yaitu Deccan, Gujarat dan Malabar yang mana pendatang dari Arab menetap di daerah-daerah tersebut. Kedatangan penyebar Islam ke Nusantara diperkirakan pada abad 12 M. Sarjana Belanda yang juga mendukung teori ini adalah Moquette. Ia membandingkan bentuk batu nisan yang terdapat di Pasai (1297 M), di Gresik (1419 M) dengan batu nisan di Gujarat. Dari perbandingan bentuk batu nisan di ketiga tempat itu yang relatif sama, ia menyimpulkan bahwa Islam yang dibawa pertama kali ke Nusantara berasal dari Gujarat.Namun teori dari sarjana-sarjana Belanda ini masih dinilai lemah dari sisi arkeologis. Hal ini dikemukakan S.G Fatimi dengan dua alasan, Pertama berdasarkan ciri-ciri bentuk dan jenis bahan batu nisan Sultan Malik As Saleh (1297 M) tidak sama dengan batu nisan pada makam Umar Ibnu Al Kazarumi dari Combay (1333 M). Dari hal tersebut S.G Fatimi lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam yang datang pertama kali ke Nusantara bukan berasal dari Gujarat tetapi dari Bengal.  Kedua adalah sebuah pertanyaan mengapa justru tidak membandingkan dengan batu nisan yang lebih tua yaitu di makam Fatimah Binti Maimun dari Perau (1082 M). Kelemahan teori ini dilihat dari sisi politis diuangkapkan G.F. Marison bahwa penguasa Hindu di Gujarat masih berkuasa sampai tahun 698 H/1297 M. Ia berpendapat sampai tahun tersebut imigran dari Arab belum mapan, sehingga ia cenderung Islam yang datang pertama kali ke Indonesia berasal dari Coromandel dan berlangsung pada akhir abad 13 M.

 Teori Arab

Teori ini berpendapat bahwa Islam yang datang pertama kali ke Nusantara berasal dari Arab pada abad pertama Hijriyah. Penganut teori ini adalah T.W. Arnold dan Buya Hamka. Teori ini bersumber dari berita-berita Cina tepatnya pada jaman Dinasti Tang menyatakan bahwa di Jawa terdapat kerajaan Ho Ling (Kalingga) yang dipimpin Ratu Sima (674-675 M). Ratu ini memerintah dengan arif dan bijaksana. Mendengar berita tersebut Raja Ta Shih (arab) memerintahkan kepada utusannya menyelidiki kebenaran berita itu. Orang-orang muslim yang menjadi utasan Raja Ta Shih inilah yang kemudian menetap di pantai barat Sumatera dan menyebarkan agama Islam. Buya Hamka berpendapat bahwa yang dimaksud Ta Shih tidak lain adalah Muawiyah, yaitu Khalifah Islam pertama yang memiliki armada laut.

 Teori Cina

Teori ini dikemukakan oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam Seminar Penyusunan Buku Sejarah Sunan Drajat yang diadakan di Surabaya tahun 1997. Beliau berpendapat bahwa Islam datang ke Nusantara dari Cina bukan dari Gujarat dan Persia. Terdapat tiga gelombang kedatangan Islam di Nusantara. Gelombang pertama berasal dari perwira-perwira atau tokoh-tokoh Islam di Cina. Gelombang kedua berasal dari Bangladesh yang membawa pengaruh Mazhab Syafi’i. Gelombang ketiga berasal dari para pedagang Gujarat.

Sumber : Majalah Mimbar edisi 245 tahun 2007

Sejarah Tegalsari yang jauh dari politik

Sejarah dan cerita yang berkaitan dengan Masjid Tegalsari telah banyak  ditulis dan diunggah, namun ada bagian tertentu yang menarik bagi saya terutama kiprah kyai-kyai Tegalsari sebagai ulama yang menjauhkan diri dari gelanggang politik dan kekuasaan meski punya bargaining position di area itu

Sebagaimana kita ketahui sejarah Tegalsari merupakan salah satu bagian yang tak tepisahkan dari Ponorogo, selain sejarah Wengker dan Kadipaten Ponorogo yang didirikan Batoro Katong.  Bahkan sejarah Tegalsari telah menjadi bagian sejarah Islam Jawa dan menjadi salah satu panutan muslim khususnya yang berpaham moderat dan tradisional, tak terkecuali waktu Gus Dur menjabat Presiden RI beberapa kali beliau singgah di kompleks Masjid yang miniaturnya dibuat di Jatim Park tersebut. Gus Dur sendiri masih keturunan Kyai Ageng Mohammad Besari.

Pada tahun 1742 keraton Surakarta diserang gerombolan pemberontak, Sultan Pakubuwono II mengungsi ke daerah Ponorogo dan bermukim sementara di Tegalsari. Akhirnya dengan bantuan Kyai Ageng Mohammad Besari dengan santrinya keraton Surakarta bisa direbut kembali tahun 1743. Sebagai balas budi atas jasa yang besar terhadap keraton Surakarta, Pakubuwono II menawarkan jabatan Bupati kepada sang kyai. Namun dengan halus Kyai Ageng Mohammad Besari menolaknya karena lebih mementingkan kegiatannya dalam mendidik para santri di pesantrennya.

Hal yang kurang lebih sama juga dialami sang cucu yaitu Kyai Ageng Kasan Besari. Pada waktu itu Pesantren Tegalsari telah berkembang menjadi pesantren yang besar dengan santri mencapai lebih dari 1000 orang, yang berasal tidak hanya dari Ponorogo tapi dari luar Ponorogo bahkan luar Jawa. Seperti juga sang kakek dan ayah yaitu Kyai Ilyas, Kyai Ageng Kasan Besari selain sebagai pengasuh pesantren juga menjabat sebagai lurah desa Tegalsari. Saat itu diterapkan syari’at Islam di desa tersebut, manakala ada yang mencuri maka hukumannya dipotong tangannya.

Mendengar hal tersebut Sultan Pakubuwono IV, memanggil dan menghukumnya karena dianggap melanggar aturan kerajaan. Kyai Ageng Kasan Besari rencananya akan dibuang ke luar Jawa tapi anehnya setiap kapal yang akan mengangkut beliau berlayar dari Jakarta mesti tidak bisa jalan begitu beliau naik. Hal tersebut terjadi  berulang-ulang, sampai akhirnya kembali di tahan di keraton Surakarta tapi ditempatkan di Masjid sambil diborgol tangannya. Para santrinya banyak menjenguk begitu tahu sang Kyai kembali ke Keraton. Kyai Ageng Kasan Besari bisa saja melepaskan diri dari borgol yang mengikatnya mengingat ilmunya yang sangat tinggi, tetapi hal itu tidak dilakukan karena beliau sadar hal tersebut sudah ketentuan dari-Nya.

Suatu saat keraton mengadakan Sholawatan, Kyai Ageng Kasan Besari ditunjuk sebagai imamnya. Suara beliau yang bagus membuat salah satu putri Pakubuwono IV terpikat kepadanya. Singkat cerita sang raja mengampuni kesalahannya dan menikahkan dengan putrinya. Tetapi Kyai Ageng Kasan Besari bukanlah tipe manusia yang haus akan kedudukan meski menjadi menantu seorang raja, beliau tidak meminta kedudukan atau jabatan yang tinggi. Beliau tetap kembali ke Tegalsari dengan memboyong istrinya dan tetap mengabdikan dirinya untuk menjadikan santri-santrinya menjadi insan yang taqwa dan punya bekal ilmu agama yang cukup sehingga kelak santri-santrinya menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat.

Dari sosok dua kyai tersebut bisa kita gambarkan pola pikir yang tidak mencintai hal-hal bersifat materialistis dan keduniawian secara berlebihan dan tetap komitmen mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Beliau berdua tidak mau masuk area politik dan kekuasaan meski kesempatan itu ada. Mungkin beliau-beliau ini sadar politik kerajaan sejak Jaman Ken Arok bahkan jaman sebelumnya selalu diwarnai trik-trik kotor dan selalu menjadikan rakyat sebagai korbannya